3 Kerusakan Alam Terparah Di Indonesia


1.    
3 Kerusakan Alam Terparah Di Indonesia
1. Penambangan Emas Oleh Newmon* di Nusa Tenggara Barat
      Kerusakan Akibat Penambangan Oleh PT. Newmon* Di Nusa Tenggara
Setelah dimulainya penambangan Emas oleh PT. Newmon* selama kurang lebih 20 tahun menyebabkan begitu banyak kerusakan alam yang dapat dilihat langsung dan juga menyebabkan kerusakan di laut dikarenakan pembuangan limbah ke laut dan lingkungan sekitar dimana limbah-limbah tersebut masih mengandung merkuri dan arsenik.


2. 1. Penambangan Oleh PT. Freepor* di Papua
Aktivitas pertambangan PT Freepor* di Papua yang dimulai sejak tahun 1967 hingga saat ini telah berlangsung selama 42 tahun. Selama ini, kegiatan bisnis dan ekonomi Freepor* di Papua, telah mencetak keuntungan finansial yang sangat besar bagi perusahaan asing tersebut, namun belum memberikan manfaat optimal bagi negara, Papua, dan masyarakat lokal di sekitar wilayah pertambangan.
Dari hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix, terungkap bahwa bahwa tailing yang dibuang Freepor* merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freepor*.


3.Kerusakan Terumbu Karang di Perairan Indonesia
Terumbu karang di perairan Indonesia kerap disebut-sebut dalam kondisi rusak parah. Bila mengacu pada penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P3O-LIPI), terumbu karang yang hancur lebur mencapai hampir 50 persen, sedangkan yang masih sangat baik tinggal 6,2 persen. Kerusakan itu terutama disebabkan praktik pengeboman ikan dan pengambilan karang untuk bahan bangunan dan reklamasi pantai.
Kondisi rusaknya terumbu karang itu akan terasa makin memprihatinkan bila mendengar keterangan dari pakar terumbu karang, yang mengatakan bahwa pemulihan terumbu karang memakan waktu cukup lama, berpuluh hingga beratus tahun. Itu pun bila kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung.
Padahal, fungsi terumbu karang amat besar bagi kelangsungan hidup ikan dan beragam biota laut lainnya, mulai dari tempat mencari makan hingga berkembang biak. Oleh karena itu, rusaknya terumbu karang berarti juga menurunnya populasi ikan. Itu berarti pula berkurangnya pasokan ikan sebagai bahan pangan manusia. Manfaat lain dari terumbu karang adalah sebagai pelindung pantai dari abrasi










Irirfan Bachdim

Irfan Bachdim
Informasi pribadi
Nama lengkap
Irfan Haarys Bachdim
Tanggal lahir
11 Agustus 1988 (umur 22)
Tempat lahir   
Tinggi
1.72 m (5 ft 8 in)
Posisi bermain
Informasi klub
Klub saat ini
Nomor
10
Klub junior
1999-2001
2002
2003-2007
Klub senior1
Tahun
Klub
Tampil (Gol)
2008-2009
2009
2010-
1 (0)
19 (2)
6 (3)   
Tim nasional2
2010-
1 Penampilan dan gol di klub senior
        hanya dihitung dari liga domestik dan
akurat per
23 November 2010.
2 Penampilan dan gol di tim nasional
akurat per
30 Desember 2010.
Irfan Haarys Bachdim (lahir di Amsterdam, 11 Agustus 1988; umur 22 tahun) adalah pemain sepak bola Indonesia keturunan Belanda.[1] Saat ini ia memperkuat Persema Malang di Liga Premier Indonesia. Ia juga tergabung dalam timnas Indonesia asuhan Alfred Riedl untuk Piala AFF 2010. Dalam bermain, ia bisa menempati berbagai posisi seperti penyerang, gelandang maupun sayap.
Latar belakang
Ayah Irfan, Noval Bachdim merupakan warga negara Indonesia yang dilahirkan di Malang dan menetap di Lawang, Malang hingga tahun 80-an, sebelum tinggal di Belanda selama lebih dari 20 tahun. Ibunya Hester van Dijic adalah warga negara Belanda. Keluarga Bachdim tinggal di kota Amsterdam. Kakeknya Ali Bachdim adalah purnawirawan TNI Angkatan Laut.[3]
Irfan terlahir dari keluarga pesepakbola. Ayahnya merupakan mantan pesepakbola dari klub PS Fajar Lawang (anggota kompetisi internal Persekam Malang) pada era 80-an. Kakeknya Ali Bachdim merupakan mantan pemain Persema Malang, PSAD Jakarta, dan PS Hisbul Wathon yang mayoritas beranggota pemain keturunan Arab.[4][3]
Karier
Di Belanda
Irfan mulai bermain sepak bola di akademi sepakbola Ajax Amsterdam. Setelah tiga tahun ia pindah ke SV Argon, di mana ia menjadi pencetak gol terbanyak meskipun ia bermain sebagai gelandang. Irfan kemudian direkrut oleh pencari bakat FC Utrecht, dan menandatangani kontrak dengan klub tersebut. Ia kemudian bermain untuk tim junior Utrecht, dan sesekali menjadi pemain cadangan tim senior. Setelah kontraknya tidak diperpanjang lagi, maka pada bulan Juli 2009 ia ditransfer tanpa biaya ke klub HFC Haarlem.[5]
Di Indonesia
Pada bulan Maret 2010, Irfan mengikuti seleksi pemain di Persib Bandung dan Persija Jakarta, namun kedua klub tersebut tidak memilihnya. Tanggal 9 Agustus 2010, ia direkrut pelatih Persema Malang, Timo Scheunemann, setelah sang pelatih melihat permainan Irfan dan para pemain muda berlaga amal untuk tokoh sepak bola Lucky Acub Zaenal di Stadion Gajayana, Malang.[6] Irfan Bachdim direkrut bersama-sama dengan Kim Jeffrey Kurniawan, pemain berdarah Indonesia-Jerman yang sebelumnya bermain di FC Heidelsheim.
Ketikak Persema memutuskan hijrah dari Liga Super Indonesia ke Liga Primer Indonesia, Irfan sempat ingin meninggalkan Persema karena ancaman tidak dapat memperkuat timnas.[7][8] Namun akhirnya ia memilih berkomitmen dengan Persema dengan menandatangani kontrak selama tiga tahun[9][10], karena terus-menerus diintimidasi oleh PSSI untuk keluar dari Persema,[11][12] meski beberapa klub LSI menawarkan kontrak besar.[12] Akhirnya Menpora menjamin haknya untuk tampil di timnas[13] dan ia dipanggil untuk memperkuat tim nasional U-23 Sea Games 2011 dan kualifikasi Olimpiade 2012.[10]
Tim nasional
Tahun 2006, Irfan sempat hampir membela tim sepak bola U-23 Indonesia di Asian Games Qatar. Namun ia harus absen dari turnamen tersebut karena menderita cedera.
Dalam Piala AFF 2010, ia tergabung dalam timnas senior Indonesia di bawah pelatih Alfred Riedl. Debut pertama bersama timnas Indonesia ia awali ketika timnas menang 6-0 di laga persahabatan melawan Timor Leste, di Palembang pada 21 November 2010. Penampilan pertamanya bersama timnas dalam turnamen resmi terjadi pada 1 Desember 2010, saat Indonesia mengalahkan Malaysia 5-1 di Gelora Bung Karno pada ajang AFF 2010. Irfan sendiri mencetak 1 gol dalam pertandingan tersebut. [14]
http://id.wikipedia.org/wiki/Irfan_Bachdim

2.   Ahmad Bustomi

Ahmad Bustomi
Informasi pribadi
Nama lengkap
Ahmad Bustomi
Nama panggilan
Tomi / Cimot
Tanggal lahir
13 Juli 1985 (umur 25)
Tempat lahir   
Tinggi
1.67 m (5 ft 6 in)
Posisi bermain
Informasi klub
Klub saat ini
Nomor
19
Klub junior
SSB Unibraw 82
Persema Malang U-18
Persema Malang U-18
Klub senior1
Tahun
Klub
Tampil (Gol)
 ? (?)
? (?)
18 (0)
40 (1)
7 (0)   
Tim nasional2
0? (?)
11 (0)
1 Penampilan dan gol di klub senior
       hanya dihitung dari liga domestik dan
akurat per
19 November 2010.
2 Penampilan dan gol di tim nasional
akurat per
30 Desember 2010.
Ahmad Bustomi (lahir di Jombang, Jawa Timur, 13 Juni 1985; umur 25 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini dia bermain untuk Arema Indonesia di Liga Super Indonesia, sebelum di Arema ia bermain untuk Persema Malang dan Persikoba Batu yang juga salah satu tim dari daerah di Malang Raya. Saat memperkuat Persema, nama Tomi masuk dalam skuad Timnas U-23 Asian Games, SEA Games, dan Pra Olimpiade yang sempat berlatih ke Belanda dan Argentina. Dalam buku program “Garuda Merah Garuda Putih” Bustomi mengaku banyak belajar dari Danurwindo, mantan pelatihnya di Persema Malang.[1] Saat ia menjadi penggawa Tim nasional sepak bola indonesia di ajang Piala AFF 2010 asuhan Alfred Riedl. Dia biasa berposisi sebagai Midfielder. Tentang pemain idolanya, Tomi menyebut satu nama, Bima Sakti Tukiman. Kita tahu, Bima Sakti pernah jadi gelandang Timnas pada era Kurniawan Dwi Yulianto dkk. Dia terkenal memiliki tendangan kencang dan akurat. Tomi bersahabat dengan Bima kala keduanya bermain di Persema.
Kehidupan pribadi
Ahmad Bustomi dilahirkan dari pasangan Jumari dan Sarmiati pada 13 Juli 1985 di Jombang. Hanya saja, 40 hari setelah dilahirkan, Tomi diboyong oleh kedua orang tuanya ke Malang. Selanjutnya, Jumari beserta keluarganya mengadu nasib ke Jakarta. Bertahun-tahun mengadu nasib, Jumari akhirnya kembali ke kampung halamannya di daerah Karangploso, Malang. "Saat kembali dari Jakarta, Tomi masih duduk di kelas V SD. Kemudian menantu saya, Jumari, mendirikan bengkel untuk menopang ekonominya," kata Atikah (nenek Ahmad Bustomi) mengenang perjalanan cucunya itu.
Nah, saat berada di kota dingin itulah Bustomi menekuni permainan si kulit bundar tersebut.[2] Satu kenangan yang tak pernah dilupakan bagi kedua orang tuanya, Jumari dan Sumiati adalah saat menjual perhiasan untuk bisa membelikan sepatu baru bagi sang anak ketika akan masuk dalam seleksi Persema Malang. "Pada saat itu sepatu bolanya sobek dan tidak bisa dipakai. Mau beli tak punya uang. Terpaksa saya jual anting-anting seberat 1 gram dan laku 100 ribu. Uang itu untuk membeli sepatu bola," aku Sumiati.[3] Tomi merupakan pribadi yang dikenal santun, religius, dan bersahaja. Tidak heran ketika waktu beranjak Maghrib, dia mohon diri untuk menunaikan shalat seraya kemudian berjanji (dan menepatinya!!) untuk bertemu kembali setelah makan malam. [4] Ia menikah dengan Fina Dian Sari teman semasa SMP yang kini bekerja sebagai asisten apoteker di RSSA (Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar) Malang.[5]
Karir
Klub
Cimot atau Tomi nama panggilan sehari-hari Bustomi, mulai mengenal sepakbola waktu ia masih duduk di bangku SD. Ia pun mendaftar di SSB Unibraw 82, sebuah SSB yang dibawah naungan Universitas Brawijaya. Di suatu turnamen pemandu bakat melihat potensi besar pada Tomi remaja akhirnya ia terjaring dalam seleksi, dan masuk dalam tim Persema Jr U-18. Dua musim pun ia jalani bersama Persema Jr di Kompetisi Liga Remaja Piala Soeratin U-18, di Persema U-18 ia dipercaya sebagai Kapten kesebelesan. Tahun 2004 awal mula ia mengawali sebagai pemain profesional, setelah ia menjadi bagian dari tim Persikoba Batu. 2005 ia memperkuat tim Persema Malang bersama Pitono dan Abdi Gusti pemain seangkatan di Persema U-18 yang saat itu diarsiteki oleh Danurwindo. Musim 2008 ia menyebrang ke tim se-kota Arema Malang, dan di musim kompetisi 2009-2010 membawa Arema Indonesia menjadi juara Liga Super Indonesia dan runner up Piala Indonesia.



3.    Arif Suyono

Arif Suyono
Arif Suyono
Informasi pribadi
Nama lengkap
Arif Suyono
Nama panggilan
Arif / Keceng
Tanggal lahir
3 Januari 1984 (umur 27)
Tempat lahir   
Tinggi
1.74 m (5 ft 9 in)
Posisi bermain
Informasi klub
Klub saat ini
Klub junior


SSB Unibraw
Putra Jaya Batu
Arema U-18
Persema U-18
Klub senior1
Tahun
Klub
Tampil (Gol)
 ?? (?)
28 (4)
?? (7)   
Tim nasional2

? (?)
21 (4)
1 Penampilan dan gol di klub senior
hanya dihitung dari liga domestik.
2 Penampilan dan gol di tim nasional
akurat per
30 Desember 2010.
Arif Suyono (lahir di Batu, Malang, Jawa Timur, 3 Januari 1984; umur 27 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Ia biasa disapa dengan nama karib "Keceng" karena badannya yang terbilang kurus. Saat ini ia bermain untuk Sriwijaya FC di Liga Super Indonesia.[1] Sebelum bermain di Sriwijaya FC , ia bermain di tim Persema Malang dan Arema Malang. Ia adalah salah satu pemain timnas sepak bola Indonesia di sektor gelandang atau penyerang sayap. Sebelum di timnas senior, ia juga pernah memperkuat timnas U-17 dan timnas U-23 Sea Games 2007. Prestasi yang ia peroleh adalah ikut mengantarkan Arema juara Copa Indonesia dua kali berturut-turut tahun 2005 dan 2006. Kisah perjalanan Arif Suyono meniti karier sebagai pesepakbola profesional tidak mulus-mulus saja. Pada satu waktu, supersub timnas Indonesia di Piala AFF 2010 itu bahkan harus mendapatkan sepatu sepakbola hasil berhutang. Peristiwa tersebut terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, saat Arif masih berusia 16 tahun. Ketika itu pemuda kelahiran Batu, Malang, tersebut hendak ikut seleksi masuk ke dalam tim Piala Gubernur. Ningsih, kakak kedua Arif, pun akhirnya nekat berhutang sepatubola dengan harga Rp 150 ribu demi sang adik. Arif yang dibesarkan bersama 12 saudaranya itu selalu ditempatkan sebagai prioritas dikeluarganya. Saat ini Arif sudah sukses, tapi ia tidak lupa kalau apa yang ia peroleh saat ini tidak lepas dari peran keluarga. Maka keluarga besarnya pun pun ikut menikmati hasilnya. Melalui kucuran dana Arif, bisnis keluarga dibangun melalui usaha kripik.[2]
4.   Mohammad Nasuha

Muhammad Nasuha
Informasi pribadi
Nama lengkap
Muhammad Nasuha
Nama panggilan
Nasuha
Tanggal lahir
15 September 1984 (umur 26)
Tempat lahir   
Tinggi
1.72 m (5 ft 8 in)
Posisi bermain
Informasi klub
Klub saat ini
Klub senior1
Tahun
Klub
Tampil (Gol)
2004–2006
2006–2007
2007–2010
2010–kini


   
Tim nasional2

Muhammad Nasuha (lahir di Serang, Banten, 15 September 1984; umur 26 tahun)[1] adalah pemain sepak bola Indonesia yang saat ini bermain untuk klub Persija Jakarta. Sebelumnya ia memperkuat Sriwijaya FC.[2] Nasuha tergolong pemain serba bisa karena ia dapat menempati posisi penyerang, gelandang, dan bek.[3] Ia menjadi bagian dari tim nasional Indonesia pada Piala Suzuki AFF 2010 di bawah pelatih Alfred Riedl.
5.    Kurnia Meiga Hermansyah

Kurnia Meiga Hermansyah
Informasi pribadi
Nama lengkap
Kurnia Meiga Hermansyah
Tanggal lahir
7 Mei 1990 (umur 20)
Tempat lahir   
Tinggi
1.84 m (6 ft 0 in)
Posisi bermain
Informasi klub
Klub saat ini
Nomor
1
Klub junior

Persijap U-18
Persijap U-23
Klub senior1

Kurnia Meiga Hermansyah (lahir di Jakarta, 7 Mei 1990; umur 20 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Saat ini dia bermain untuk Arema Indonesia di Liga Super Indonesia, Arema adalah klub profesional pertama yang ia perkuat setelah lulus dari SLTA. Arema tertarik mengontraknya karena Kurnia adalah punggawa Timnas PSSI U-19. Kurnia adalah adik kandung dari Achmad Kurniawan penjaga gawang dari Semen Padang. Kurnia berposisi sebagai penjaga gawang. Pada Kompetisi 2008/2009 ia mendapatkan sanksi 12 bulan dan denda 30 juta dari Komdis PSSI, namun dipotong menjadi 5 bulan dan denda 30 juta oleh Komding. karena terkait kerusuhan saat melawan Bontang PKT.[1] Di Kompetisi ISL II 2009/2010, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik menyisihkan nama-nama seperti Aldo Bareto, Christian Gonzalez, dan Ricardo
6.    Firman Utina

Firman Utina

Informasi pribadi
Nama lengkap
Firman Utina
Tanggal lahir
15 Desember 1981 (umur 29)
Tempat lahir   
Tinggi
165 cm
Posisi bermain
Informasi klub
Klub saat ini
Klub senior1
Tahun
Klub
Tampil (Gol)
2000-2004
2005-2006
2007-2008
2008-2009
2009-2010
2010-....
   
Firman Utina (lahir di Manado, Sulawesi Utara, 15 Desember 1981; umur 29 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai gelandang serang. Saat ini ia memperkuat Sriwijaya FC tim dari Liga Super Indonesia. Tinggi badannya 165 cm. Pemain ini pernah bermain di klub Persma Manado, Persita Tangerang, dan Arema Malang. Ia juga telah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia dan terpilih sebagai Pemain Terbaik pada pertandingan Indonesia melawan Bahrain di Piala Asia 2007.ia juga sempat mengantarkan Arema Malang menjuarai Copa Dji Sam Soe dan terpilih menjadi pemain terbaik dalam pada pertandingan tersebut






 7.      Foto Dan Profil Yongki Ariwibowo. Salah satu nama yang dipilih pelatih Timnas
 Indonesia, Alfred Riedl di turnamen piala aff 2010 ini adalah seorang anak muda berbakat yaitu Yongki Ariwibowo. Seorang yang punya talenta besar sebagai pesebakbola Indonesia dan menjadi tumpuan Timnas Indonesia mendatang.

Berikut profil lengkapnya seorang Yongki Ariwibowo :

Nama Lengkap           : Yongki Ariwibowo
Nama Panggilan         : Yongki, Bowo
Tempat, Tgl Lahir       : Tulungagung, 23 November 1989
Tinggi                          : 175 cm
Berat                            : 63 kg
Nama Bapak                : H. Goenarto
Nama Ibu                    :Hj. Nur Fadhilah
Saudara                        : 5 Sebagai Anak Ke 3
SSB                               : Sinar Jaya Tulungagung
Klub                             : Perseta, Persik Kediri
Posisi                            : Striker (Forward)
No Punggung Di Klub : 7
Timnas                        : U-23
No Punggung Di Timnas : 20

Akrab di sapa Yongki atau Bowo, pemuda kelahiran 21 tahun yang lalu tepatnya tanggal 23 November 1989 ini mengasah kemampuan menggocek bolanya di SSB Sinar Jaya Tulungagung. Selanjutnya karier sepakbolanya berlanjut ke Perseta Junior Tulungagung. Di Perseta Junior, talenta Yongki bukannya semakin moncer, tapi justru dia malah sering dibangkucadangkan oleh pelatih Perseta Junior. Tak betah di “kandang” sendiri, dia melabuhkan kakinya untuk merumput di klub sepakbola tetangga, PSBI Blitar yang notabene sebagai klub yang kastanya setingkat lebih tinggi dari Perseta. Posisi Yongki sebagai striker yang pandai menempatkan posisi di depan gawang lawan dan memiliki kecepatan lari di atas rata-rata membuat pengurus Persik Kediri tertarik dan merekrutnya sebagi pemain Persik Junior.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar